Penyebab Orang Kerap Melakukan "Body Shamming"


Istilah body shamming artinya pernyataan negatif kepada individu yang memiliki ukuran tubuh tertentu. Bisa karena terlalu besar maupun ukuran tubuh yang terlampau kecil. Di Indonesia sendiri, body shaming dapat diartikan mengolok-olok bentuk tubuh atau bahkan warna kulit. Bisa dikatakan juga body shamming merupakan jenis bully secara verbal dengan mengolok-olok bentuk tubuh, warna kulit dan ukuran tubuh.

Tanpa kita sadari, body shamming dalam kehidupan sehari-hari terutama dikalangan remaja sudah seperti budaya. Alih-alih hanya becanda padahal dampaknya bisa merusak masa depan seseorang. Padahal bentuk tubuh, warna kulit, ukuran tubuh adalah karunia Tuhan yg tentu tidak bisa di ejek atau seringnya untuk bahan lelucon.

"Dasar lu item"
"Dasar si kerempeng"
"Dasar si gendut/si gajah"
Atau yg lebih geli lagi "dasar jablay lu".
Begitu kiranya umpatan-umpatan body shamming yg sering terjadi pada kehidupan sehari-hari.

Bagi anda yg masih gemar menghina teman, dengan menghina fisik dan tubuh teman anda, lebih baik hentikan atau anda akan tekena tindak pidana dengan hukuman dipenjara kurang lebih 9bulan (bisa gugling lebih lanjut)
Dan bagi anda korban body shamming jangan ragu-ragu untuk mencertikan apa yg anda alami.

Lalu apa penyebab orang bisa melakukan body shamming.
Di kutip dari Jawa pos oleh Dr.Devie Rahmawati (ketua Program Studi Vokasi Komunikasi UI) menyatakan setidaknya ada empat penyebab orang bisa melakukan body shamming:

Yang pertama, Kurangnya Pemahaman Masyarakat tentang Body Shamming.
Seperti yg sudah saya tulis diawal bahwa memang masyarakat apalagi kalangan remaja kerap kali tidak sadar bahwa yg mereka lakukan merupakan body shamming terkadang bukan karena kesengajaan namun karena memang minimnya pengetahuan.

Kedua, Patriaki.
Partiaki merupakan dominasi pria dalam kehidupan sehari-hari seperti bahwa laki-laki lebih kuat dan lain sebagainya. Dan karena kecenderungan tersebut kerap kali banyak laki-laki yg meremehkan perempuan dan tak jarang juga meledek dengan menyinggung soal fisik atau body.

Ketiga, kultur patrol klien.
Yaitu merasa lebih tenar, kaya dan memliki kekuasan sehingga orang dapat melakukan body shamming.

Yang terakhir yaitu warisan dari kolonialisme. Jejak kolonialisme tidak hanya meninggalkan sejarah namun berdampak pula pada kehidupan sosial masyarakat di Indonesia. Karena kekuasaan mereka, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa cantik itu harus putih, mancung, tinggi dan hal-hal yg kebarat-baratan.

Posting Komentar

0 Komentar