Puisi: Mencari Sajak di Warung Kopi



Aku mencari sajak pada lorong gelap.
Menelusuri jalan menuju puncak.
Raga meronta meminta berhenti sejenak.
Hati meminta terus mendaki sampai pengap.

Aku tidak menulis sajak di cafe.
Sebab kata Sabiq Carabesth "tak ada sajak di kafe-kafe"
Hanya ada manusia yang mudah kecewa dan mengulur waktu saja.

Di sini angin merasuk jiwa.
Bising kendaraan lewat membunuh sepi.
Gelagak tawa membungkam sunyi.

Aku mencari sajak pada lorong gelap.
Mendaki diri mengejar puncak.


Ilustrasi Cerita:
Mencari sajak aku maknai sebagai mencari makna dari apa yang sedang aku kerjakan dan harus dicapai. Pada penggambaran ini aku yang sedang dikejar deadline harus sidang skripi membuat aku ingin menyelesaikannya dengan cepat. Namun pada kenyataannya tidak setiap harap harus berjalan dengan mulus sama seperti sebuah perjalanan tidak mungkin semua jalan tanpa krikil. Tentu ada saja yang menghambat, salah satunya aku pernah mengalami stuck atau kehabisan bahan untuk menuliskan hasil penelitian karena penelitianku kualitatif hasil skripsikua berupa laporan. Dan pada saat itu kehabisan ide dan kata. Tak jarang aku pergi ke perpustakaan, kfc dan banyak kafe-kafe yang aku tongkrongi sendiri dengan harap aku mendapatkan ide kembali.

Pada suatu ketika aku pergi ke warung kopi pinggir jalan, tanpa sekat tanpa tempok. Di sini aku meraskan apa yang dinamakan rasa nyaman, ternyata tempat sederhana dengan angin yang bebas ada dimana-mana. Suara bising kendaraan yang lewat. Gelak tawa para peminum kopi. Membuatku menemukan makna kembali. Bahwa semua orang disini masih dapat tertawa bebas hanya dengan bertemu kawan dan meminum kopi. Kenapa saya hanya pusing terjebak pada diri sendiri. Pada malam setelah itu aku pun mencoba mengali kembali dan akhirnya aku telah sampai di ujung sana. Dan selesailah salah satu perjalan yang ingin aku capai.

di tulis oleh Fika Rz
find me on wattpad dan instagram @fika_rz

Posting Komentar

0 Komentar