Salah satu sarat agar belajar dari rumah (BDR) menjadi efektif dan sukses, adalah bagaimana kemampuan guru dalam menggunakan teknologi sebagai sarana dan media penyampaian materi. Jangan sampai terulang kembali kondisi awal pandemi di bulan maret, banyak keluhan dari wali murid yang mengeluh karena guru hanya memberikan tugas secara berkala. Namun tidak memberikan sarana pembelajaran.
Beberapa daerah tertentu belajar dari rumah (BDR) bukanlah hal yang baru atau menjadi sebuah tantangan baru lagi
untuk guru belajar lagi. Namun tidak semua sekolah siap dan tidak semua guru
siap. Meskipun begitu terkadang gurunya sudah siap dan kompeten namun sarana
dari siswa yang tidak semua memiliki. Contohnya meskipun memiliki handpone
belum tentu mampu membeli kuota.
Hal-hal seperti ini yang selalu menjadi
dilema, sehingga mungkin masih terdapat beberapa sekolah di daerah yang tidak
memiliki akses internet, juga belum memiliki sarana pra sarana, yang memaksa
membuka sekolah dengan tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan. Ada
juga sekolah yang tetap melakukan pembelajaran dari rumah, namun siswa harus
pergi ke suatu daerah yang jauh dari rumahnya agar mendapatkan sinyal.
Setiap kebijakan memang tidak ada
sempurna. Namun saya sebagai penulis yang juga sebagai pengajar, berharap
dengan tulisan ini semakin ada evalusi dan peningkatan baik dari kompetensi
guru, bantuan sarana untuk siswa yang kurang mampu dan sarana sekolah. Guna
meningkatkan sumber daya manusia selanjutnya. Kabar baiknya bulan ini
berdasarkan isue yang beredar siswa mendapatkan paket kuota dari kemendikbud.
Semoga dengan begitu dapat membantu siswa agar lebih efektif belajar dari
rumah.
Lebih dari itu, keluhan dari wali murid
juga tidak hanya pada kalangan menengah kebawah yang memang tidak memiliki
akses untuk membeli sarana. Namun tingkat pendidikan pun mempengaruhi, karena
bisa jadi para orang tua yang menyekolahkan anaknya tingkat pendidikannya lebih
rendah sehingga ketika pemebelajaran dilakukan jarak jaruh, orang tua tidak
mampu membantu dan membimbing yang akhirnya menjadi sebuah konflik baru.
Kemudian bagi kalangan menengah ke atas pun mempunyai keresahan tersendiri,
dimana biasanya bapak dan ibunya adalah seorang pekerja yang sibuk, sehingga
mereka harus meluangkan waktu untuk menemani atau membantu anaknya belajar. Hal
tersebut juga membuat konflik-konflik baru antara orang tua dan anak.
Pada akhirnya, sekolah di masa pandemi
ini banyak pelajaran dan hikmah yang kita dapatkan. Bahwa ternyata memang peran
guru tidaklah mudah. Terbukti dengan banyaknya keluhan wali murid yang
kewalahan membantu anaknya belajar. Bayangkan biasanya seorang guru mengajara
30an murid dalam satu kelas. Semoga pandemi ini segera berakhir dan setelah
berakhirnya pandemi ini, mari kita lebih menghormati dan mengghargai guru kita.
Karena perannya memang tidak mudah.
0 Komentar